Gurita Dollarshop

DollarShop adalah sebuah toko yang menjual barang2x murah meriah, yang dibagi menjadi 10 jenis. Jenis 2x yang ada memang dirasa sudah mewakili semua item barang yang dijual. Tapi bukan itu yang akan saya kupas.
Dollar Shop yang dulunya bernama OneDollar Shop , 5 thaun pertamanya adalah masa kejayaan, Toko yang dimilikinya mencapai 30 Toko dan 32 lainnya Franchise yang tersebar diseluruh Indonesia. Bayangkan betapa besarnya perusahaan tersebut.
1 Toko Omset 2 Juta /hari dikali 30 toko = Rp. 60.000.000 x 30Hari = Rp 180.000.000 / Bulan
Keuntungan 50% x 180.000.000 = Rp. 90.000.000 /Bulan untuk Toko sendiri, Belum di tambah Franchaise fee dari 32 toko dan lain lain..
Betapa besarnya Omset dan Laba yang di peroleh selama 5 tahun.
Sekarang atau 2 tahun setelah itu memang teradi penurunan omset, dikarenakan banyak faktor.
Ada yang menyebutnya dari stock barang yang minim, ada juga yang menyebutnya dari divisi toko yang gak becus jualannya, pokoknya masing2x divisi saling melemparkan bola panas.
Tahun berikutnya semakin banyak Franchise yang memutuskan hubungan kera dan beberapa toko sendiri yang tutup.
Tahun berikutnya hingga sekarang , hanya tersisa 7 Toko milik sendiri.

Dari kasus diatas saya menyimpulkan dari kacamata saya pribadi :

1. Management Controling yang sangat minim
2. Terjadi miss comunication antara divisi pembelian dan Penjualan
Penjelasan :
1. Management Controling yang sangat minim :
Kita lihat Alur/Proseure pengadaan barang sampai Penjualan
- Buyer membeli secara lagsung ke Pasar (Tanpa ada divisi Audit yang MENGONTROLNYA)
- Barang ditaruh di Gudang di bawah pengawasan Kepala Gudang yang notabene posisinya dibawah manager Buyer
- Barang dikirim ke Toko2x berdasarkan pembagian dari Buyer (Yang datanya didapat dari kepala toko masing2x)
- Penjualan diToko, (lebih parah lagi):
Didasari dari Hal : pemotongan barang hilang di tanggung Orang2x toko secara langsung (walaupun ada iscount tertentu), kita lihat dampaknya:
* Setiap bulan stock opname (Auditor pusat) dibantu Orang toko yang hasilnya
amat sangat tidak maksimal, karena keterbatasan orang dan sistem. Dari hasil dari Stock tersebut akan ditanggung oleh Orang toko.
Bagaimana mungkin Orang toko rela dipotong gajinya, sedangkan dia merasa kerja sudah "optimal"
* Masih didasari pemotongan gaji tersebut, si Kepala Toko , kasir dan SA (sebutan buat Penjaga toko) akan mencari "peluang" , bagaimana caranya agar pemotongan tersebut tidak berdampak pada sisi perekonomian mereka ( tentu saja mereka mencari peluang yang akan merugikan Perusahan)

Dapat disimpulkan bahwa Prosedure di Toko masih "Sakit". Belum lagi Prosedure2x lainnya yang berjalan di perusahaan tersebut

2. Terjadi miscomunication antara Divisi Pembelian (buyer) dan Divisi Penjualan (Toko)
- Ini agak sulit dijelaskan, pada tahun 2x pertama (masa kejayaan) tiap - tiap kepala toko di undang ke
Pusat untuk memberikan masukan kepada Divisi Buyer apa saja item barang yang laku, tidak laku atau dead stock. Belakangan dibuat Divisi Koordinator toko yang membuatnya lebih efesien TAPI..
Laporang yang diberikan kepada divisi Buyer, sedikit sekali yang tersentuh (Banyak alasan disitu yang kalau dijabarkan , akan menghabiskan waktu saya dan anda)


SOLUSI : Pendekatan KAIZEN

TULISAN BERIKUTNYA SAYA AKAN COBA PAPARKAN

1 comments:

Q_double said...

maklum aja boz, para pembesarnya cuma mau untung gede, tanpa memperhatikan karyawannya yang gajinya kecil n di banyakin potongan2 barang ilang yang padahal ngga meraka lakuin!! mungkin kualat x ma para karyawannya

Post a Comment

 
2011 AL-AKHTAR | Blogger Templates for Over 50 Chat Sponsors: Short People Club, Michigan Mechanical Engineer Jobs, California Dietitian Jobs